Salju di Australia

Winter sudah sampai dipertengahan, tahu-tahu sudah setahun saya tinggal di Australia ini. Dan karena berada di belahan selatan garis katulistiwa, musim dingin Australia berkebalikan waktu dengan musim dingin negara-negara Eropa atau Amerika Utara. Winter di Australia tidak identik dengan Natal karena berlangsung dari bulan Juni hingga Agustus, dan tidak juga identik dengan salju. Dari waktu mula mampu baca hingga tiba di Australia tidak pernah terbesit sama sekali bakal nemu yang namanya salju, meskipun sebenarnya “melihat salju” adalah salah satu biggest dream of my life sejak kecil. Ini bermula semenjak saat masih ingusan dan tipikal bolang dengan kulit hitam kering berambut merah, simbah buyut saya senantiasa menceritakan tentang syahdunya salju yang sering turun saat Natal di Rotterdam. Dari cerita ini saya sering ngowoh, betapa kerennya bisa menyaksikan dan merasakan sendiri saat serpih-serpih salju jatuh berguguran ke bumi #tsaaah!.
The perks of living in Australia, outback at winter @TidbinbillaSpaceObservatorium
Kembali ke jaman sekarang, jadi setelah tiba disini (Australia), teman-teman diaspora Indonesia di grup fesbuk dan watsap ramai memperbincangkan tentang desas-desus salju di Negara Bagian Victoria dan Canberra. Ternyata benar adanya, di Australia memang ada salju, tetapi hanya ditempat-tempat tertentu saja. Pun tidak serta merta seluruh negara bagian pemilik salju itu tertutup salju sepenuhnya selama winter.

Victoria memiliki dua tempat bermain salju, atau dalam bahasa setempat disebut dengan “ski resort”, Mount Buller dan Mount Bau Bau adalah ski resort yang berada Victoria. La terus Canberra piye ? nah ini mulai complicated. Snowy Mountain yang konon deket dengan Canberra (dan memang demikian adanya) adalah ski resort yang secara juridiksi berada di wilayah Negara Bagian New South Wales (NSW), tetapi secara jarak lebih dekat ke Daerah Istimewa Canberra (karena saya bingung mengalihbahasaken ke Australian Capital Territory). Tuh kan, gunung aja males-malesan di LDR in NSW apalagi hati ini ~tsurhat lagi~. Acapkali Snowy Mountain lebih sering disangka masuk dalam territory Canberra padahal doi tuh miliknya Sydney, tuh kan, statusnya jadi gak jelas gini ~woi sudah woi!~. Jadi mending udahan saja deh, LDR will never do, udah putusin saja #teteup #terfelix #kwetiau.

Sebagai perbandingan jarak antara Belconnen di Canberra ke Snowy Mountain adalah 2 jam 40 menit sedangkan untuk ke Snowy Mountain jika berangkat dari Sydney butuh waktu selama 5 jam 24 menit (waktu Australia bagian Google Maps).

Oke cukup buat mukadimahnya, sekarang lanjut ke ski resort-nya. Snowy Mountain memiliki beberapa titik tuju terkenal, salah satunya adalah Perisher Blue, atau lebih sering disingkat Perisher. Saya mengunjungi Perisher dengan rombongan haji dari Kecamatan Woden Kabupaten Phillips Canberra. Berangkat pagi buta jam 5 di hari Sabtu. Perjalanan ditempuh dari Kecamatan Woden melewati Monaro Highway (I prefer to call it Munaroh haiwee, yuxs!), pemandangan pagi disepanjang Munaroh haiwee kearah Jindabyne lumayan elok, semburat pagi dan taburan gemintang membuat takjub sepanjang mata memandang, tapi dinginnya itu ya box … bikin ngilu!. Sebelum masuk ke Jindabyne kami singgah di Cooma untuk sarapan pagi di resto paling elegan di barisan gunung selatan, mackies … alias MACDONALD #jedaaar!, padahal perut meratap meraung-raung minta diisi nasi pecel bungkus daun pisang lengkap dengan bakwan gorengnya. Sarapan selesai kami lanjut perjalanan menuju Jindabyne, sesampainya disana kami singgah lagi untuk menyewa snow gears (jaket dan celana anti air, snow google serta sepatu boots) dan perlengkapan snowboarding. Kenapa snowboarding, karena kalau pakai ski yang dua bilah itu saya takut keplengkang, simple kan alesannya ?. Selain perlengkapan snowboard dan snow gears, kami juga menyewa sepasang rantai untuk dipasang di roda belakang, kenapa harus dirantein ? biar roda gak ngeluyur kemana-mana ~ini roda apa anjing ?~.
Salman dan Fauzi memasang rantai untuk roda belakang, under the pouring snow, kurang romatis apalagi ?
Sampai di Perisher kami diberkahi dengan hujan salju yang sangat lebat, selebat bulu ketek yang sudah 7 bulan gak dicukur. Pokoknya lebat dan ketel gitu lah, dan semuanya putih … emeijing lah begitu. Disaat-saat seperti ini entah kenapa otak langsung otomatis memutar soundtrack Secret Garden yang dinyanyiken Baek Ji Young – That Man #eeaaa!.
Saljuuuu!! @Perisher
Minggu berikutnya, karena ajakan teman dari Uni saya kembali menelusuri jejak salju. Tetapi kali ini tempatnya even closer dari tempat tinggal kami, yaitu Corin Forest yang bisa ditempuh dengan 40 menit driving, dan kali ini benar benar masih berada di Canberra!. Berangkat dari kabar teman Kamboja, Corin Forest juga sedang bersalju dengan hutan cemara dan eucalyptus yang rimbun. Di sekitar Corin Forest juga terdapat air terjun dan stasiun luar angkasa yang bisa dikunjungi.
Selfie donk di Gibraltar Waterfall, dibawah Corin Forest, Tidbinbilla Range, Canberra
Astronot Tanda Sirait dan Trainer Kukun di Observatorium Luar Angkasa Tidbinbilla
Ciee Tanda ... cieee ... cetar ya neek @CorinForest
Yetti ? bukan, Tante Yeti ? juga bukan ... oh Tanda lagi, oke, tinggalin. LOL @CorinForest
"dek, sini deh dek ... om pangku sinih...." errrrgh. @CorinForest
om gemes nih ! @CorinForest
Dari petualangan berburu salju ini, saya pribadi menyimpulkan kalau Canberra itu meski penuh dengan hutan belantara dan semak semak gak jelas, tapi top markotop tiada tara karena disinilah Api dan Es saling bergantian dengan romantic menyapa penghuninya, bisa terbakar mendadak saat summer karena suhu mencapai 48 derajat Celcius dan beku seketika saat tiba-tiba bunga es atau frost berhamburan di suhu -5 derajat Celcius, keren kan ? maka dari itu, saya dengan ini menyataken semakin gandrung dan wuyung kepada Canberra. Sekian dan terima amplopan heuheu.

Canberra, 18 July 2014.

Comments