Agustus 2018, bakalan tiga tahun sejak pulang dari Australia, my hidden Narnia behind mama's drower.
![]() |
Adelaide's Autumn |
Balik ke negeri asal (Tanah Jawa, Indonesia) tentu menyenangkan tetapi begitu juga dengan rasa kangen kepada negeri seberang, tempat perantauan, tentu rasanya bikin senep dan gundah rakaru-karuan. Sejak balik dari Australia, rasanya kangen sama mantan ini gak ilang-ilang. Kangen langit birunya, sepinya, kangen pengalaman berTinder bersosialisasi secara beradab dengan orang sana dan kangen merasakan kangen Indonesia (matrix realm banget yes). Intinya kangen menjadi perantau lagi, menjadi cantrik atau pembelajar Ki Sabranganom lagi. Karena kangen ini, kemudian munculah ide gila "ngelamar jadi peneliti kali ya ke luar negeri", tapi kemana?.
Sabranganom ini tidak lahir dengan bakat polyamory ya jadinya cuma bisa mikir lempeng saja fokus ke satu perkara. Balikan sama mantan Australia lagi aja deh keknya ya, ibarat orang Jawa bilang "teklek kecemplung kalen, timbang golek haluwung balen". Tapi nampaknya Jepang juga boleh buat jadi destinasi selanjutnya. Eh tapi kalau ke Jepang mbesuk lek pacaran piye? (anxiety kumat).
Okelah fokus lanjut aplikasi jadi peneliti, berarti kudu bikin proposal iki, pada mulanya dipikir dalam dua minggu bakal kelar itu proposal tapi realita dadine enem minggu (viva procastina!). Proposal kelar selanjutnya adalah golek "promotor" dan sesiapa yang sudi menerima Sabranganom menjadi gundiknya staff penelitinya ya?. Kemudian perginya kemana?, Australia sudah jelas, tapi bolehlah Jepang dicoba juga, apalagi Hokkaido Prefecture nampak kawaii dimusim dingin. Ya wis yowis, hajar bleh!
![]() |
Hokkaido's Winter |
Comments
Post a Comment