Kenang Jakarta


Dalam senggang penantian seperti ini memang paling menyenangkan jika mengenang kembali kisah-kisah lama. Kenangan bersama keluarga, pacar* atau teman-teman, pada intinya kenangan tentang bagaimana kita melewatkan waktu dan peristiwa yang memberi makna tertentu dan bahkan terkadang khusus bagi diri kita (occupational science sekali saya yah…). Back then, remembering the time I spent in Jakarta, pada awalnya saya membenci kota tersebut, enam bulan terasa bakal jadi enam tahun lamanya. Maklum, terbiasa hidup, makan, tidur dan eek di kota kecil nan tentram makmur gemah ripah loh jinawi bernama Solo atau Surakarta tetapi demi impian masa kecil untuk bersekolah ke tanah perantauan diseberang cakrawala, saya harus terlebih dulu mengikuti program persiapan keberangkatan di Kota Besar bernama Jakarta.

Setiap proses kepindahan habitat pasti akan menyebabkan stress, jangankan manusia, hamster yang pindah kandang saja bisa stress dengan suasana yang baru meski kandang tersebut jauh lebih baik dari kandang yang lama, plus wifi misalnya #kali-kali aja hamsternya suka apdet status atau ngetwit. Tak ubahnya hamster, saya juga sempat stress dengan suasana ibukota yang berjejal rial penuh manusia, penuh kendaraan dan minus ruang terbuka hijau #kalau got banyak, dan banyak yang bau pula. First month adalah proses struggle yang paling heibat, merasakan ritme pagi sebagai commuter hingga kemudian memutuskan untuk mencari akomodasi yang lebih dekat dengan tempat pelatihan. Hal tersebut berimbas pada mahalnya harga sewa akomodasi, karena tempat saya beraktivitas tersebut berada di bilangan Kuningan, Jakarta Selatan. Sebagai kompensasinya adalah saya hanya perlu berjalan kaki kurang dari tujuh menit untuk sampai ke Tower Selatan Plaza Kuningan, dan tidak terancam oleh macet #bisa bangun siang, itu sebenarnya motif utama saya memutuskan untuk mencari akomodasi di daerah Perbanas Karet Kuningan #hehehe.

Selama proses pelatihan, saya bertemu dengan banyak teman-teman baru dengan pandangan-pandangan baru yang sangat mengagumkan, saya rasa setiap orang baru yang saya temui memiliki kekhasan tersendiri…dan mereka semua hebat. Kekaguman tak lantas berhenti disitu, kebersamaan selama enam bulan mau tak mau telah membentuk ikatan baru yang kuat, tak hanya sebagai teman tetapi juga sebagai keluarga. Mayoritas dari peserta pelatihan adalah para perantau dari luar Jakarta, hal positif inilah yang menyenangkan, saya jadi memiliki banyak teman mulai dari Pulau Weh sampai ke Manberamo #and I am very happy for that. Jadi, sebagai sesama perantau sama-sama juga merasakan stress dengan kondisi Jakarta yang sangat dinamis tersebut. Untungnya adalah diantara kami dapat saling menguatkan dan bisa mengisi waktu luang untuk menikmati Jakarta yang wah dengan segala kelengkapan fasilitas publiknya.
First day we met
Masih lekat dalam ingatan, dalam briefing yang pernah disampaikan oleh scholarship officers kami, mereka berpesan “belajar yang tekun, capailah nilai IELTS yang terbaik, jangan nge-mall atau ke bioskop terus ya…”. Akan tetapi seperti biasa, hal hal yang terlarang biasanya justru menggelitik untuk dilanggar #dhuaar!. Jadilah, disela-sela pelatihan, dalam waktu senggang sore yang seharusnya kami manfaatkan untuk belajar justru sering saya lewatkan untuk hangout dan nonton pilem bersama beberapa partner in crime #evil grin.
Farewell party di kelas Maureen
kegiatan kerohanian #pfft : Buka Bersama di rumah mbak Ita, Serpong 
BukBer Ramadhan Chapter 2: Pasar Festival Kuningan
Karaoke session @ In*l V*sta Pasar Festival
Nge-Bakso di KB Ragunan 
Ziarah ke Mall Ambassador
Excursion ke KB Ragunan
To sum up #ce ileee, writing structure banget jadinya, the best way to survive dalam proses adaptasi di tempat baru adalah building relationship dengan teman-teman baru, enjoy your time, kalau bisa picnic, picnic sajalah tanpa harus melupakan visi utama, mempersiapkan diri untuk berbahasa inggris lebih baik misalnya, dalam kasus saya ini. Live your life and be happy on every single second you have, because life is too short to be wasted on grieving or sorrow.

*PACAR, sifatnya delusional belaka pemirsah, hehehehe

Comments