From Sydney to Canberra, with a Broken Heart

Future Kost-kostan in Canberra *dan kemudian diusir PM Julia Gillard, pake sapu!*, Sumber Gambar
Baru saja masuk Pebruari dan Bulan Juni itu masih lama ternyata. Sedari dulu menanti itu memang menjemukan apalagi penantian yang disebabkan karena kegagalan, remuk redam rasanya karena kecewa #eeaaa!.

Melanjutkan kisah perburuan beasiswa ke negeri seberang samudera (sebelah tenggara Keraton Laut Selatan lebih tepatnya), dengan diunggahnya tulisan ini menandakan bahwasanya si penulis telah kuat secara mental dan moral untuk membabarkan kisah tragisnya #preex!.

Secara ringkas kronologisnya adalah, saya gagal dalam memenuhi requirement masuk ke program master incaran saya di the University of Sydney (USyd) semata karena nilai writing saya masih mogok di angka enam, ya 6 #masih patah rasanya hati saat sadar kenyataan, writing saya bapuk fufufufu . Saat itu conditional offer dari USyd telah turun, akan tetapi terjegal oleh writing saya yang mentog diangka sekian membuat saya harus kuat hati menelan empedu unta #pait gan, padahal overall score sudah sesuai dengan tuntutan organisasi profesi di OZ sana. FYI, program master yang ingin saya kejar di OZ adalan master of occupational therapy (M.OT.), namun rupa-rupanya jurusan ini adalah semacem jurusan ningrat yang mensyaratkan calon mahasiswanya memiliki nilai IELTS level 7 pada semua sub komponen ujian. Untuk CintaLaura atau Mike Lewis gak masalah kali ya nilai segitu, tapi sungguh dafuq bagi saya yang notabene lahir dan menua dilereng Gunung Lawu serta menghabiskan masa pubernya diladang gembala ini, angka dewa tersebut gagal saya raih di sub komponen writing #writing tresno jalaran soko kulino. Sempat saya memprotes orang tua, mengapa sih tidak ada salah satu dari mereka yang menjadi bule, jadi selain fasih cas cis English, wajah dan body sudah barang tentu akan se gorgeous Enrique Iglesias lah pastinya. Alih-alih malah jawa tok-tok semua orang tua saya #kuwalat, dan semoga emak gak baca postingan ini#doa ndemimil.

USyd sudah saya pastikan gagal, karena untuk mengangkat writing point dari angka 6 ke 7 dalam tempo yang sesingkat-singkatnya adalah perkara mustahil, semustahil menerima kenyataan bahwa bang haji dangdut dan pengacara anti-Ahok yang mencalonkan diri sebagai Capres 2014 #random. Akhirnya saya memutuskan pindah preference ke University of South Australia (UniSA), yang mana writing pointnya boleh berada pada level 6.5 #cincai kali ya, pake sedikit kemenyan dan semedi semalem di Argo Dalem Puncak Lawu bisa mengangkat 0.5 point tersebut. Aplikasi masuk ke UniSA dan kemudian kabar tak sedap mirip bau mulut kingkong yang sedang mabuk janda pun saya terima “kursi untuk kelas M.OT di UniSA tahun 2012 telah penuh”… emaaak, ayee matik!! #nangis elegan.

Ya sudahlah, yang paling bisa dilakukan saat ini adalah pasrah pada nasib, tapi setidaknya saya telah mencoba yang terbaik saat itu. Akhirnya pilihan terakhir jatuh pada the University of Canberra yang akan membuka kelas pilihan saya pada musim dingin tahun ini. Yaelah, kenapa musim dingin sih…?, mau tak mau saya tidak punya pilihan lain, karena jika saya defer atau mundur hingga summer tahun depan BEASISWA AKAN DICABUT #duuh, Mr. Bracher*, ampun dejee!!.
Calon Tetangga  di Canberra, Sumber Gambar
Sisa waktu yang saya miliki hingga Juni mendatang adalah berupaya untuk mencintai Canberra, Australia Capital Territory (ACT). Mengapa begitu, karena teman-teman saya yang baik hati dengan sangat getol menceritakan bahwasanya Canberra adalah kota yang sepi, lebih banyak kanguru daripada manusia, dan bahkan ada yang lebih parah lagi dengan mengkoreksi sebutan untuk Canberra sebenarnya bukanlah kota tapi KEACAMATAN!! #dank!!. Kalau sepi, saya bisa dan biasa dengan sepi  #dah biasa jomblo pula kan?, tetapi cinta pertama saya adalah Sydney, tetap Sydney yang ada dihati #cinta pertama emang lekat ya book!. Ah sudahlah, toh Sydney dan Canberra hanya berjarak 3 jam via Greyhound. Lagipula jika saya beneran ke Sydney, kecil kemungkinan bagi saya untuk serius belajar dan lebih banyak menghabiskan malam kelayaban ke kota dan bar #bwadala#dhuaaar!. Tujuan saya ke OZ kan sejatinya untuk menuntut ilmu, atas nama cinta bangsa dan tanah air dan demi kesejahteraan umat #preex!.
Sumber Gambar
So Canberra, sambut saya baik-baik ya, the jackass nerd siap menginvasi wilayahmu! #peluk sepi erat-erat :(

*Mr. Michael Bracher, Program Manager ADS Indonesia

Comments