Sabtu pagi 10 Nopember 2012,
hujan menyapa dengan sayup sayup rintik yang ogah-ogahan, langit begitu mendung
dan abu-abu pekat, sepekat suasana hati kala itu (halah preet….!). menjelang
pukul 10.00 WIB hujan reda, masih tersisa sedikit mendung di kolong langit
tak lantas menyurutkan niat kami untuk menjelajahi Pantai Manganti beberapa
kilometer kearah timur dari Cilacap, di batas barat Kabupaten Kebumen lebih
tepatnya. Pantai ini seperti tipikal pantai laut selatan pada umumnya, minim
pasir putih, malah pada kenyataanya didominasi oleh batu-batu karang besar dan
tebing-tebing curam yang berpapasan langsung dengan laut. Hamparan hutan dan
padang rumput yang menyelimuti puncak-puncak tebing itulah yang menjadi daya
tarik Pantai Manganti, di tempat ini anda pasti merasa seperti taipan muda yang
telah membeli pulau pribadi dilepas laut Selandia, begitu sepi begitu tenang
begitu damai. Debur ombak, semilir angin dan hijau manikam air laut samudera
hindia begitu membius pikiran sehingga mengacuhkan sengatan matahari yang kala
itu beranjak terik (ye eyalah…tengah
hari bolong, gak pake sunblock, tanning se-tanning-tanningnya
pemirsah…). Kunjungan ke Manganti kami akhiri pada pukul 13.00 WIB dan kemudian
kami lanjutkan dengan mengujungi TPI di Dermaga seberang Pantai Ayah (Kebumen or Cilacap, whatever…kedua tempat itu berdempetan begitu dekatnya, sebagai pengunjung
saya bingung tapi tetap menikmati eksotika tempat itu). Hal menakjubkan
selanjutnya adalah ternyata berbelanja ikan di TPA jauh lebih murah jika
dibandingkan dengan membeli ikan di Solo, dan ikan yang dibeli tersebut masih
segar hasil tangkapan nelayan yang baru saja pulang dari melaut…..magnifico Indonesia!!#heaven.
On the third day, KA Pasundan yang akan saya tumpangi untuk pulang
ke Solo dijadualkan akan tiba di Stasiun Kroya pada pukul 12.00 WIB (gilaaa…perfect
high noon). Kelar meyelesaikan sarapan kami memiliki sisa waktu tiga jam untuk
melihat sisi lain Cilacap, di part
inilah kami memutuskan untuk mengunjungi obyek wisata spiritual Gunung Srandil
Mandala Giri dan Gunung Selok (konon tempat ini sering dijadikan sebagai tempat
bertafakur oleh mendiang Presiden Suharto). Eksplorasi kedua tempat tersebut
mengisi waktu tiga jam dengan baik, adalah dua tempat yang menurut saya worth to be visited (saya memang
menyukai segala hal berbau klenik….masalah?? I hope not unless anda seorang FPI hahaha). Menjelang pukul 11.30
WIB kami pulang dan langsung menuju ke Stasiun Kroya. The amazing moment was when Ipnu’s family driving me to the train station,
I was so terharu…they have been so nice to me even they sang sayonara in front of the
station’s gate (yang terakhir itu hanya imajinasi saya yang terpengaruh
anime Nippon saja….). KA Pasundan
tiba dan berakhir sudah journey saya di Cilacap, terimakasih saudara Ipnu,
terimakasih bapaknya Ipnu, terimakasih ibunya Ipnu, terimakasih adiknya Ipnu…you
guys are wonderful, sejenak saya lupa bahwa semestinya saya meraung-raung sedih
diakhir pekan itu, berkat kalian saya lupa dan berkat saudara Ipnu terutama,
terimakasih sekali lagi…tanning sukses,
saya semakin eksotik dengan kulit hitam ala surfer pribumi Indonesia (I can’t stop to smile every time I remember to
my appearance following that trip, even
until now).
1) Kencot means laper or luwe
1) Kencot means laper or luwe
Comments
Post a Comment