Ini tentang apaan Soe…?
Catatan ini adalah jejak tulisan pertama untuk menandai babak baru perburuanku mengejar mimpi. Ya, sekali lagi aku adalah seorang pemburu mimpi, a dream chaser, dan I will fight for it (nek ra kumat lumohe..LoL!).
Mimpi ini adalah mimpi lama yang sempat kuendapkan karena satu dan beberapa hal, akan tetapi sekarang I am so excited (terangsang kaleee…?). Hardly excited re-pursue my old dream.
Mimpi kamu apaan Soe…?
Okay then, my old dream adalah berusaha menjadi hokage disini, ditempatku bernaung menjemput rejeki dari Tuhan. Ralat, soal hokage adalah murni bohong belaka, kenyataanya I am not really intended become hokage in the future days, tapi aku pengennya jadi sannin legendaris (ini apalagi soe…?!, kamu suka pake istilah dhemit ya…?!). Menjadi sannin itu buatku sesuatuh banged, inilah cara yang kupilih untuk mengaktualisasikan diri sebagai seorang Rianto, cucu buyut kesayangan almarhum Mbah Mangun van Branagh.
Jadi sannin, maksood eleo…?
Sannin hanyalah kiasan yang kupakai untuk melabel imajinasiku dari kondisi real seorang Master of …, menjadi Master a.k.a. M.Sc. atau M. been so crucial since I choose my path of living sebagai pengabdi negeri lewati ranah ajar mengajar, bukan hajar menghajar lo ya
Terserah eloe daah Soe, trus apa hubungannya ama beasiswa Soe…?
Beasiswa adalah amunisi, semacam piranti untuk mencapai tujuan menjadi sannin. Aku berusaha sebaik mungkin dan selalu fokus mengejar beasiswa (bilang aja kere, kagak gablek duit buat kuliah post grad sendiri…).
Eloe dah dapet tuh beasiswa…?
Tahap pertama sudah terlampaui, next masih ada tahapan lanjut buat meraih beasiswa tersebut. Total tahap yang musti ditempuh ada empat. Kali ini my dearest God mengijinkan dan mengabulkan doaku yang rajin aku pinta *alay taee*, aku pengen dapet beasiswa biar bisa meneruskan sekolah ke jenjang post grad, and moreover aku pengennya sekolah abroad di negeri orang, pastinya keren tuh Rianto anake bakul duren Ngrambe esoh sekolah duwur misuwur kaloko nang negoro monco haghaghag (ketawa ala dhemit Kali Sawur).
Kali ini mencoba peruntungan ke negeri kanguru, yapz Australia, Aussie….the place where “howaya” dialect were used. Alhamdulilah aplikasi yang kuajukan lolos dan masuk rombongan pertama seleksi. Next masih harus melewati serangkaian seleksi antara lain IELTS Test dan academic interview. Mohon doanya biar lancar yah hehe.
Yang sebenernya bikin aku galau cukuplah hanya aku dan Tuhan saja yang tahu, but yes, aku galau dan sering melongo salah satunya adalah karena selalu harap-harap cemas dengan proses seleksi ini. Galau dan cemas ini terasa addict banget, aku kecanduan sensasi ini semenjak pengalaman pertama dulu lolos seleksi beasiswa Fulbright sekitar taon 2008. Kalao dipikir-pikir hampir saja aku ke Amrik tempat semua orang menggantung mimpi, The American Dream, tp Tuhan selalu punya rencana khusus buat setiap mahkluknya dan aku percaya banget dengan hal itu.
Besok-besok gw tanya soal pengalaman eloe seputar beasiswa ya Soe, sekarang cukup sampe disini aje dolo.
*pegang perut, lari ke jamban*
Comments
Post a Comment